tak apa, aku baik baik saja

Hai ada apa gerangan, kenapa akhir akhir ini kau jadi lebih pendiam? 
"Tak apa ngin, aku baik baik saja"
Ayolah kawan, mukamu terlihat suram, kusam tak karuan, pasti ada yang sedang kau pikirkan.
"Sudah ku bilang, aku baik baik saja. Hanya sedikit merenung."
Melamun lebih tepatnya. apa sih yang sedang kau pikirkan? soal skripsi yang lagi lagi revisi? atau...
"bukan"
lalu ?
ohhh... let me guess, ini pasti soal dia, dia yang kau sebut mahluk menyebalkan itu bukan.?
ahhh... sudah kuduga, ternyata benarkan? 
"ah sudahlah ngin, aku sedang tak ingin membicarakannya."

aku sedikit mengerti situasinya. sudah kubilangkan, jangan terlalu berharap bukan.
"andai harapan mudah dikendalikan, aku tak akan sesedih ini ngin. kita kecewa karena sesuatu yang kita harapkan tak sesuai keadaan bukan. aku juga berharap karena melihat adanya kemungkinan."
dan sekarang, kau bersedih karena kemungkinan itu hilang, dan tembok tembok harapan yang kau bangun runtuh berantakan.?
aku tak tahu siapa yang salah disini. apakah dia yang ngasih harapan, ataukah kamu yang terlalu berharap. yang pasti kau tak boleh berlama lama larut dalam kesedihan.
"tidak ngin, aku baik baik saja, setidaknya aku tak meninggalkan satupun kegiatan yang harus kulakukan, aku juga masih punya nafsu makan, tak seperti orang orang, yang hanya karena perempuan, berhari hari mulut gak di kasih asupan."
baguslah kalau begitu.
"yah aku hanya butuh waktu, dua atau tiga hari kedepan, kesedihan ini pasti terlupakan."


"Ada saatnya dalam hidupmu, engkau ingin sendiri saja bersama angin menceritakan seluruh rahasia, lalu meneteskan air mata." (Bung Karno, 1933)

0 komentar: